Penulis : Aang Teja,S.SPJ
INDRAMAYU, Sinarpagijaya.com -
Politeknik Negeri Indramayu Gelar Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial bagi Tenaga Pendidik Tingkat Dasar dan Menengah
Indramayu, 8 Juli 2025 — Menjawab tantangan era digital dan kebutuhan akan literasi teknologi di dunia pendidikan, Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) secara resmi membuka kegiatan Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) pada Senin, 7 Juli 2025. Pelatihan ini berlangsung selama lima hari, hingga Jumat, 11 Juli 2025, dan berlokasi di Gedung Student Center (GSC) Polindra.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Direktur Polindra, Ir. Rofan Aziz, S.T., M.T., IPM, bersama jajaran direksi lainnya. Dalam sambutannya, Direktur Polindra menekankan pentingnya penguasaan teknologi digital, khususnya kecerdasan artifisial (AI) dan bahasa pemrograman (coding), dalam menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
“AI memproses instruksi yang kita kehendaki melalui bahasa coding. Namun, kita tetap harus menelaah apakah informasi yang diberikan oleh AI itu benar atau akurat. AI tidak menggantikan peran manusia sepenuhnya—justru manusia yang tetap harus memfinalisasi dan memverifikasi informasi yang dibutuhkan,” jelas Rofan Aziz dalam sambutannya.
Pelatihan ini diikuti oleh 125 peserta yang berasal dari berbagai sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP), baik negeri maupun swasta, yang tersebar di wilayah Kabupaten Indramayu. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para tenaga pendidik dengan pengetahuan dasar dalam pemrograman dan penggunaan kecerdasan buatan secara bijak dan efektif.
Moh. Ali Fikri, M.Kom, selaku Ketua Pelaksana sekaligus Kepala Unit Pelaksana Akademik (UPA) Layanan Uji Kompetensi Polindra, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat serta kontribusi nyata kampus dalam meningkatkan literasi teknologi di sektor pendidikan dasar.
Salah satu peserta, Nurlaeli, menyambut positif pelatihan ini. Ia menilai bahwa kecerdasan buatan dapat menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat dalam dunia pendidikan, namun tetap harus digunakan secara kritis.
“Penting untuk menelaah kembali informasi yang diberikan oleh AI. Informasi yang muncul dari AI kadang tidak akurat. Maka dari itu, guru tetap memiliki peran kunci dalam menyaring dan mengarahkan penggunaan teknologi oleh siswa,” ujar Nurlaeli.
Sementara itu, Suyitno, perwakilan dari SD Negeri 1 Tegal Urung, menyatakan bahwa kegiatan semacam ini sangat dibutuhkan di era globalisasi.
“Sebagian tenaga pendidik, khususnya di tingkat sekolah dasar, masih belum familiar dengan bahasa coding ataupun prompt untuk memanfaatkan AI. Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi kami,” ungkapnya. Ia berharap pelatihan serupa bisa digelar lebih rutin ke depan agar kompetensi tenaga pendidik semakin meningkat.
Dengan semangat untuk menciptakan tenaga pendidik yang adaptif terhadap teknologi, Polindra membuktikan komitmennya sebagai institusi vokasi yang tidak hanya fokus pada pengembangan sumber daya manusia di tingkat perguruan tinggi, tetapi juga berperan aktif dalam pemberdayaan guru-guru di jenjang pendidikan dasar dan menengah.(Tarudi Sulaksana)